Saya percaya tiap hal itu berjodoh, termasuk novel.
Maka yang saya lakukan saat pergi ke toko buku hanyalah berkeliling rak memandangi judul satu demi satu, mengambil yang menarik hati saya, membaca beberapa halaman awal, membaca ending, dan bila saya tertarik, saya bawa novel itu ke kasir.
Nah, novel berjudul History of Love ini saya temukan di Book War Goodreads Indonesia 2010 lalu. Bayangkanlah betapa berat perjuangan saya mendapatkannya.
Saya suka judulnya. Dan seusai membacanya, saya langsung jatuh kasihan pada siapa pun dia yang telah meletakkan novel indah ini di meja book war.
Kok bisa, ya? Kok tega? Pikir saya.
Ah, tapi tak apa. Malang baginya, untung bagi saya. Toh novel ini akhirnya bertemu dengan jodoh yang tepat :>
Kok bisa, ya? Kok tega? Pikir saya.
Ah, tapi tak apa. Malang baginya, untung bagi saya. Toh novel ini akhirnya bertemu dengan jodoh yang tepat :>
Judul : Sejarah Cinta - The History of Love
ISBN : 9798884688
Penulis : Nicole Krauss
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : November 2006
Jumlah halaman : 335
Nah, berhubung kekuatan utama novel ini, IMHO, terletak pada kalimat-kalimatnya, izinkanlah saya membuat resensi dengan mengutip isinya sana-sini :)
*Penggunaan foto adalah penambahan dari saya, tak ada hubungannya dengan novel. Mohon maaf bila dirasa mengganggu..*
Pada suatu masa ada seorang anak laki-laki yang mencintai seorang anak perempuan, suara tawa si anak perempuan adalah pertanyaan yang seumur hidup ingin dijawab oleh si anak lelaki (hlm. 19)
Anak lelaki itu bernama Leopold Gursky, atau sering disapa Leo, warga Slonim, Polandia, yang saat remaja jatuh cinta pada teman sekelasnya bernama Alma Mereminski. Sayangnya, Alma kemudian pindah ke Amerika. Leo berjanji tidak akan pernah jatuh cinta pada perempuan lain dan akan menjemput Alma ke Amerika suatu hari nanti.
Pindah ke Minks menjelang usia 21, Leo bertemu lagi dengan teman lamanya yang kemudian sering ia mintai pendapat akan tulisan-tulisannya. Orang itu bernama Zvi Litfinoff.
Lalu Leo mulai menulis novel tentang Alma. Novel itu diberi judul The History of Love. Ia juga mengirimkan naskah itu pada Alma.
Dia mengirim surat pada si anak perempuan, menyertakan salinan sebelas bab bukunya dalam tulisan tangan kecil-kecil (hlm. 20)
*Penggunaan foto adalah penambahan dari saya, tak ada hubungannya dengan novel. Mohon maaf bila dirasa mengganggu..*
gambar ngambil dari sini
Anak lelaki itu bernama Leopold Gursky, atau sering disapa Leo, warga Slonim, Polandia, yang saat remaja jatuh cinta pada teman sekelasnya bernama Alma Mereminski. Sayangnya, Alma kemudian pindah ke Amerika. Leo berjanji tidak akan pernah jatuh cinta pada perempuan lain dan akan menjemput Alma ke Amerika suatu hari nanti.
Pindah ke Minks menjelang usia 21, Leo bertemu lagi dengan teman lamanya yang kemudian sering ia mintai pendapat akan tulisan-tulisannya. Orang itu bernama Zvi Litfinoff.
Lalu Leo mulai menulis novel tentang Alma. Novel itu diberi judul The History of Love. Ia juga mengirimkan naskah itu pada Alma.
Dia mengirim surat pada si anak perempuan, menyertakan salinan sebelas bab bukunya dalam tulisan tangan kecil-kecil (hlm. 20)
Lalu, pecah Perang Dunia II. Zvi mengungsi ke Chille. Saat perpisahannya dengan Leo, Leo menitipinya naskah The History of Love.
Untuk disimpankan bagi Leopold Gursky sampai kau bertemu lagi dengannya, pesannya. Mungkin juga salah satu caranya untuk berkata, Jangan mati.
Sementara itu, di Chille, Zvi bertemu dan berkenalan dengan Rosa, seorang mahasiswi berusia 12 tahun lebih muda dan tertarik padanya. Suatu hal yang sebetulnya aneh bagi Zvi, sebab Rosa begitu cantik sedangkan Zvi saat itu sudah tua dan miskin. Apalagi ketika Rosa menerima lamarannya.
Setelah perang usai, Leo akhirnya berhasil pergi ke Amerika. Saat itu usianya 25 tahun. Sayang, ia mendapati Alma telah menikah dengan Mordecai Moritz dan mempunyai dua orang putra. Namun, Alma memberi tahu yang sebenarnya: anak pertamanya adalah anak Leo. Ia dinamai Isaac. Karena Alma tak mau diajak kabur, Leo pergi. Tapi tak pernah benar-benar pergi.
Setiap tahun ia masih mengirimi Alma kartu ulang tahun. Ia bahkan sering berdiri di pinggir jalan di seberang sekolah isaac, hanya untuk melihatnya. Hingga suatu hari, keluarga itu pindah ke New York.
Setelah itu, mereka tak pernah lagi bertemu. Leo juga tak pernah tahu bahwa Alma menjadikan sebelas bab awal naskah novel yang dulu ia kirimkan dalam tulisan tangan itu sebagai cerita pengantar tidur bagi Isaac.
Setelah dewasa, Isaac Moritz menjadi penulis terkenal dan Leo tak pernah sekali pun melewatkan berita tentang anaknya itu. Semua ia kliping.
Leo tetap tinggal di Amerika, tidak menikah, bahkan hingga Alma dan Isaac meninggal. Pinjem foto dari sini
Setiap tahun ia masih mengirimi Alma kartu ulang tahun. Ia bahkan sering berdiri di pinggir jalan di seberang sekolah isaac, hanya untuk melihatnya. Hingga suatu hari, keluarga itu pindah ke New York.
Setelah itu, mereka tak pernah lagi bertemu. Leo juga tak pernah tahu bahwa Alma menjadikan sebelas bab awal naskah novel yang dulu ia kirimkan dalam tulisan tangan itu sebagai cerita pengantar tidur bagi Isaac.
Setelah dewasa, Isaac Moritz menjadi penulis terkenal dan Leo tak pernah sekali pun melewatkan berita tentang anaknya itu. Semua ia kliping.
Sementara itu, di Chille, Zvi bertemu dan berkenalan dengan Rosa, seorang mahasiswi berusia 12 tahun lebih muda dan tertarik padanya. Suatu hal yang sebetulnya aneh bagi Zvi, sebab Rosa begitu cantik sedangkan Zvi saat itu sudah tua dan miskin. Apalagi ketika Rosa menerima lamarannya.
Merasa tidak percaya diri, terlebih orang-orang telanjur menganggapnya seorang penulis karena minatnya yang besar terhadap karya sastra, akhirnya Zvi memulai rutinitas baru, duduk di depan meja, menyalin lembar demi lembar naskah asli The History of Love yang tadinya berbahasa Yiddish ke dalam bahasa Spanyol.
Nama-nama tokohnya ia ganti. Shlomo Wasserman menjadi Ignacio da Silva. Deddelsach menjadi Rodriguez. Feingold menjadi De Biedma. Tapi ketika akan mengganti nama Alma menjadi Rosa, ia tak mampu. Sebab ia kenal Alma.
Alma termasuk salah satu gadis yang menurut pengamatannya berkembang dari anak perempuan kurus yang tidak menarik menjadi gadis cantik yang segar seperti bunga tropis...bahwa mengganti nama itu sama saja dengan menghapus seluruh tanda baca, dan huruf-huruf vokal, serta setiap kata sifat dan kata benda. Sebab tanpa Alma buku itu takkan pernah tercipta. (hlm. 250)
Ketika Rosa membaca novel itu, ia memaksa suaminya menerbitkan naskah tersebut. Akhirnya mereka memberanikan diri menawarkan The History of Love ke penerbit-penerbit. Ada satu penerbit kecil di Santiago yang bersedia dan menerbitkannya sebanyak 2000 eksemplar.
Nama-nama tokohnya ia ganti. Shlomo Wasserman menjadi Ignacio da Silva. Deddelsach menjadi Rodriguez. Feingold menjadi De Biedma. Tapi ketika akan mengganti nama Alma menjadi Rosa, ia tak mampu. Sebab ia kenal Alma.
pinjam dari sini
Ketika Rosa membaca novel itu, ia memaksa suaminya menerbitkan naskah tersebut. Akhirnya mereka memberanikan diri menawarkan The History of Love ke penerbit-penerbit. Ada satu penerbit kecil di Santiago yang bersedia dan menerbitkannya sebanyak 2000 eksemplar.
Novel itu tak terlalu laku, namun dalam perjalanannya,
setidaknya ada satu copy yang ditakdirkan untuk mengubah kehidupan - lebih dari satu kehidupan (hlm. 98)
Satu copy itu berada di salah satu toko buku bekas di Buenos Aires. Pemilik toko yang tertarik dengan judulnya, membaca keseluruhan isi novel lalu menaruh buku itu di jendela, merasa agak sedih karena harus berpisah dengannya.
Si pemilik toko tidak berusaha menarik perhatian para pengunjung tokonya terhadap buku itu. Dia tahu di tangan yang salah buku itu akan disia-siakan, atau lebih parah lagi, tidak dibaca. Maka dibiarkannya buku itu di tempatnya, dengan harapan pembaca yang tepat akan menemukannya.
Dan itulah yang terjadi. Pada suatu siang, seorang pemuda jangkung melihat buku di jendela itu. Dia masuk ke dalam toko, mengambil buku itu, membaca beberapa lembar, dan membawanya ke meja kasir (hlm. 103)
Pemuda itu berusia 22 tahun, berasal dari Israel, namanya David Singer. Kelak ia menikah dengan Charlotte, yang ia hadiahi novel itu dan juga sangat menyukainya sehingga anak pertama mereka diberi nama Alma. Alma Singer. Usianya kini 14, nyaris 15 tahun. Punya seorang adik lelaki bernama Emanuel Chaim tapi lebih suka dipanggil Bird. Ayah mereka sudah meninggal dan Mrs. Singer menyambung hidup dengan bekerja sebagai penerjemah karya-karya sastra.
Saya suka cara Alma menggambarkan ibunya yang terus mencintai ayahnya walau ia sudah lama meninggal.
Ibuku tak pernah berhenti mencintai ayahku.... Untuk membuat cinta itu tetap hidup, dia berpaling dari kehidupan. Kadang-kadang dia hidup hanya dari air dan udara, hingga berhari-hari. Sebagai satu-satunya bentuk kehidupan kompleks yang melakukan ini, seharusnya ada spesies yang dinamai menurut namanya (hlm. 63-64)
Suatu hari, seseorang bernama Jacob Marcus mengirim surat pada ibu Alma. Surat itu mengatakan bahwa ia tahu Mrs. Singer pernah menyebut nama Zvi Litfinoff dan mengatakan ibunya selalu membacakan versi bahasa Yiddish novel itu padanya setiap malam menjelang tidur. Mr. Marcus meminta Mrs. Singer menerjemahkan The History of Love ke dalam bahasa Inggris. Ia mengatakan akan menggunakannya untuk kepentingan pribadi, hak terjemahan tetap ada di tangan Mrs. Singer. Bayarannya $100,000. Wanita itu bersedia.
Alma melihat ini sebagai kesempatan emas untuk menjodohkan ibunya dengan Mr. Marcus. Satu-satunya cara adalah dengan menyabotase surat-surat yang mereka kirimkan tiap kali ibunya mengirimkan naskah yang sudah diterjemahkan. Saat menyabotase itulah Alma jadi sering membaca novel itu dan merasa Alma pasti tokoh yang benar-benar ada, dan satu-satunya cara mengetahui siapa Mr. Marcus sebenarnya adalah dengan mencari Alma ini.
Dari ibunya, ia tahu nama belakang Alma pernah disebutkan dalam buku dan itu adalah Mereminski.
Pencarian Alma membawanya pada kenyataan bahwa Alma menikahi seorang Moritz dan menjadi ibu dari seorang penulis terkenal, Isaac Moritz. Dalam salah satu bukunya, ia menamai tokohnya Jacob Marcus.
Lalu, apa ending-nya? Tanya Om Wiki aja. Tapi Om Wiki lebay, ih. Leo nggak mati tauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu.. Om Wiki pasti bacanya kurang teliti deh.. ck ck ck..
setidaknya ada satu copy yang ditakdirkan untuk mengubah kehidupan - lebih dari satu kehidupan (hlm. 98)
Satu copy itu berada di salah satu toko buku bekas di Buenos Aires. Pemilik toko yang tertarik dengan judulnya, membaca keseluruhan isi novel lalu menaruh buku itu di jendela, merasa agak sedih karena harus berpisah dengannya.
Si pemilik toko tidak berusaha menarik perhatian para pengunjung tokonya terhadap buku itu. Dia tahu di tangan yang salah buku itu akan disia-siakan, atau lebih parah lagi, tidak dibaca. Maka dibiarkannya buku itu di tempatnya, dengan harapan pembaca yang tepat akan menemukannya.
Dan itulah yang terjadi. Pada suatu siang, seorang pemuda jangkung melihat buku di jendela itu. Dia masuk ke dalam toko, mengambil buku itu, membaca beberapa lembar, dan membawanya ke meja kasir (hlm. 103)
Pemuda itu berusia 22 tahun, berasal dari Israel, namanya David Singer. Kelak ia menikah dengan Charlotte, yang ia hadiahi novel itu dan juga sangat menyukainya sehingga anak pertama mereka diberi nama Alma. Alma Singer. Usianya kini 14, nyaris 15 tahun. Punya seorang adik lelaki bernama Emanuel Chaim tapi lebih suka dipanggil Bird. Ayah mereka sudah meninggal dan Mrs. Singer menyambung hidup dengan bekerja sebagai penerjemah karya-karya sastra.
Saya suka cara Alma menggambarkan ibunya yang terus mencintai ayahnya walau ia sudah lama meninggal.
Ibuku tak pernah berhenti mencintai ayahku.... Untuk membuat cinta itu tetap hidup, dia berpaling dari kehidupan. Kadang-kadang dia hidup hanya dari air dan udara, hingga berhari-hari. Sebagai satu-satunya bentuk kehidupan kompleks yang melakukan ini, seharusnya ada spesies yang dinamai menurut namanya (hlm. 63-64)
Suatu hari, seseorang bernama Jacob Marcus mengirim surat pada ibu Alma. Surat itu mengatakan bahwa ia tahu Mrs. Singer pernah menyebut nama Zvi Litfinoff dan mengatakan ibunya selalu membacakan versi bahasa Yiddish novel itu padanya setiap malam menjelang tidur. Mr. Marcus meminta Mrs. Singer menerjemahkan The History of Love ke dalam bahasa Inggris. Ia mengatakan akan menggunakannya untuk kepentingan pribadi, hak terjemahan tetap ada di tangan Mrs. Singer. Bayarannya $100,000. Wanita itu bersedia.
Alma melihat ini sebagai kesempatan emas untuk menjodohkan ibunya dengan Mr. Marcus. Satu-satunya cara adalah dengan menyabotase surat-surat yang mereka kirimkan tiap kali ibunya mengirimkan naskah yang sudah diterjemahkan. Saat menyabotase itulah Alma jadi sering membaca novel itu dan merasa Alma pasti tokoh yang benar-benar ada, dan satu-satunya cara mengetahui siapa Mr. Marcus sebenarnya adalah dengan mencari Alma ini.
Dari ibunya, ia tahu nama belakang Alma pernah disebutkan dalam buku dan itu adalah Mereminski.
Pencarian Alma membawanya pada kenyataan bahwa Alma menikahi seorang Moritz dan menjadi ibu dari seorang penulis terkenal, Isaac Moritz. Dalam salah satu bukunya, ia menamai tokohnya Jacob Marcus.
Lalu, apa ending-nya? Tanya Om Wiki aja. Tapi Om Wiki lebay, ih. Leo nggak mati tauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu.. Om Wiki pasti bacanya kurang teliti deh.. ck ck ck..
Nah, sekarang, best part-nya.
Saya akan menuliskan kutipan isi novel The History of Love yang ditulis Leopold Gursky. Sebuah novel yang membuat David Singer menamai putrinya dengan nama Alma, yang membuat Rosa membuat banjir di rumahnya, yang lembar demi lembarnya dibacakan pada Isaac Moritz menjelang tidur saat ia kecil dulu. Sebuah novel yang, andai benar ada, pasti akan saya beli ^0^
Wanita yang pertama diciptakan mungkin Hawa, tapi gadisku yang pertama tetap Alma.
Zaman Keheningan
Bahasa pertama yang dikenal manusia adalah bahasa isyarat tangan. Tidak ada yang primitif dalam bahasa yang mengalir dari tangan manusia ini; zaman sekarang pun segala hal yang ingin kita katakan bisa disampaikan melalui berbagai variasi gerakan lentur jemari dan pergelangan tangan.
Bertepuk tangan, menunjuk, mengacungkan jempol: semuanya adalah peninggalan dari bahasa isyarat zaman purba. Berpegangan tangan, misalnya, merupakan cara untuk mengingat-ingat seperti apa rasanya untuk bersama-sama tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Zaman Kaca
Pada Zaman Kaca, semua orang percaya ada bagian dirinya yang amat sangat rapuh. Beberapa orang menganggap bagian yang rapuh itu adalah tangannya, atau tulang pahanya, ada pula yang percaya hidung merekalah yang terbuat dari kaca. Zaman Kaca terjadi setelah Zaman Batu, sebagai suatu perbaikan evolusi, memperkenalkan perasaan rapuh yang baru dalam hubungan antar manusia, yang menjadi cikal bakal munculnya perasaan sayang dan iba. Periode ini berlangsung relatif singkat dalam sejarah cinta.
Zaman Benang
Begitu banyak kata-kata hilang tersesat. Mereka keluar dari mulut dan kehilangan keberanian, berkelana tanpa tujuan hingga tersapu ke dalam selokan seperti daun-daun mati.
Pada suatu masa, penggunaan seutas benang untuk menuntun kata-kata yang dikhawatirkan tersesat dalam perjalanan merupakan hal yang umum. Orang-orang pemalu membawa sebundel kecil benang di kantong-kantong mereka.
Ada yang bilang cara ini ada kaitannya dengan dorongan tak tertahankan untuk menempelkan kerang di telinga kita, untuk menangkap gema pertama dunia yang masih tersisa. Ada juga yang bilang cara ini dimulai oleh pria yang memegang ujung benang yang kemudian dibiarkan terurai melintasi samudra oleh gadis yang pergi ke Amerika.
Kadang-kadang benang sepanjang apa pun takkan cukup untuk mengatakan hal yang perlu dikatakan. Dalam hal demikian, yang bisa dilakukan benang itu, apa pun bentuknya, adalah menyalurkan keheningan orang tersebut.
Kelahiran Perasaan
Zaman Keheningan
Bahasa pertama yang dikenal manusia adalah bahasa isyarat tangan. Tidak ada yang primitif dalam bahasa yang mengalir dari tangan manusia ini; zaman sekarang pun segala hal yang ingin kita katakan bisa disampaikan melalui berbagai variasi gerakan lentur jemari dan pergelangan tangan.
Bertepuk tangan, menunjuk, mengacungkan jempol: semuanya adalah peninggalan dari bahasa isyarat zaman purba. Berpegangan tangan, misalnya, merupakan cara untuk mengingat-ingat seperti apa rasanya untuk bersama-sama tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Zaman Kaca
Pada Zaman Kaca, semua orang percaya ada bagian dirinya yang amat sangat rapuh. Beberapa orang menganggap bagian yang rapuh itu adalah tangannya, atau tulang pahanya, ada pula yang percaya hidung merekalah yang terbuat dari kaca. Zaman Kaca terjadi setelah Zaman Batu, sebagai suatu perbaikan evolusi, memperkenalkan perasaan rapuh yang baru dalam hubungan antar manusia, yang menjadi cikal bakal munculnya perasaan sayang dan iba. Periode ini berlangsung relatif singkat dalam sejarah cinta.
Zaman Benang
Begitu banyak kata-kata hilang tersesat. Mereka keluar dari mulut dan kehilangan keberanian, berkelana tanpa tujuan hingga tersapu ke dalam selokan seperti daun-daun mati.
Pada suatu masa, penggunaan seutas benang untuk menuntun kata-kata yang dikhawatirkan tersesat dalam perjalanan merupakan hal yang umum. Orang-orang pemalu membawa sebundel kecil benang di kantong-kantong mereka.
Ada yang bilang cara ini ada kaitannya dengan dorongan tak tertahankan untuk menempelkan kerang di telinga kita, untuk menangkap gema pertama dunia yang masih tersisa. Ada juga yang bilang cara ini dimulai oleh pria yang memegang ujung benang yang kemudian dibiarkan terurai melintasi samudra oleh gadis yang pergi ke Amerika.
Kadang-kadang benang sepanjang apa pun takkan cukup untuk mengatakan hal yang perlu dikatakan. Dalam hal demikian, yang bisa dilakukan benang itu, apa pun bentuknya, adalah menyalurkan keheningan orang tersebut.
Kelahiran Perasaan
Perasaan umurnya tidak setua waktu. Seperti halnya ada saat pertama seseorang menggosok-gosokkan dua batang kayu untuk membuat api, maka ada saat pertama orang merasakan suka cita, dan saat pertama orang merasakan kesedihan. Untuk beberapa waktu lamanya, berbagai perasaan baru diciptakan.
0 komentar:
Posting Komentar